Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota Cimahi yang semakin padat, dalam keterbatasan dan kesunyian. Hanya bermodalkan semangat, ada segelintir orang yang terus menyalakan api obor literasi, yang sempat padam beberapa saat, namun berusaha bangkit menyalakan kobaran api harapan yang lebih besar
Mereka adalah para penggiat Forum Taman Baca (TBM) Cimahi, yang saat ini dipimpin oleh Febri Satria Yazid, SE, alhamdulilah mendapatkan dukungan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan kota Cimahi, Dinas Pendidikan kota Cimahi, IKIP Siliwangi, TV Harmoni dan ICMI Kota Cimahi dalam kolaborasi program “Kampung Cendekia” dan Smart Library Garden Cimahi,dipilih sebagai markas besarnya.
Menyalakan literasi adalah jalan sunyi. Kadang dipandang sebelah mata, dianggap pekerjaan sia-sia, hanya ditekuni segelintir orang yang bersetia pada kata. Padahal di jalan sunyi itulah peradaban dibangun. Satu buku yang dibaca hari ini adalah cahaya mercusuar peradaban di masa depan. Satu diskusi di sore taman literasi bisa menjadi awal lahirnya gagasan yang berdampak bagi Masyarakat dan mengguncang dunia.
Literasi adalah tugas mulia. Ia ibarat menanam benih di ladang luas yang tampak gersang, tak selalu langsung berbuah. Namun bagi para penjaga kata, penabur gagasan, tidak ada yang lebih indah selain melihat tunas-tunas kesadaran tumbuh perlahan dan berkembang.
Di jalan sunyi ini, kita menyulam makna, merawat akal, dan menebar cahaya — sebagaimana pesan agung dalam ajaran Islam: “Iqra!” Bacalah, pahami, amalkan.

Dalam perspektif Islam, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca huruf, tetapi juga membaca tanda-tanda zaman (iqra’ ayat kauniyah), membaca diri, dan membaca semesta. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah). Allah pun berfirman, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1).
Literasi memang tidak melahirkan sorak-sorai massa. Tidak membuahkan tepuk tangan instan. Namun, literasi menyuburkan pemikiran kritis, menumbuhkan empati, dan mengokohkan fondasi moral masyarakat. Inilah yang akan menjadi bekal menuju Cimahi sebagai Kota Peradaban — kota berbasis spiritual, pendidikan dan kearifan lokal. Kota yang peduli kemanusiaan dan memuliakan lingkungan.
Karena sesungguhnya, peradaban besar lahir bukan dari gemuruh senjata atau keramaian pasar, tetapi dari kesunyian ruang baca, dari diskusi panjang yang penuh makna, dan dari setumpuk buku yang dibaca diam-diam.
Mari kita tetap setia berjalan di jalan sunyi itu, menyalakan lilin literasi di tengah gelapnya zaman. Karena sejatinya, dari sunyi lahir kedalaman. Dari kata lahir peradaban. Dan dari literasi, lahir manusia yang merdeka jiwa dan pikirannya.

Bangsa yang literat adalah bangsa yang hidup. Sebaliknya, bangsa yang lalai membaca akan tenggelam dalam kabut kebodohan, terombang-ambing oleh hoaks, terjebak dalam sekat-sekat perpecahan.
Di tengah riuh kehidupan modern yang serba cepat dan bising, kita kerap lupa duduk sejenak, membuka buku, merenung, dan menulis gagasan. Padahal, sejatinya literasi adalah napas panjang peradaban. Tanpa literasi, tak akan lahir akhlak mulia. Tanpa literasi, tak akan tumbuh masyarakat yang beradab dan berkeadilan.
Mungkin bagi sebagian orang, membaca buku terasa seperti aktivitas sunyi yang mulai tergeser oleh layar gawai. Namun bagi pegiat literasi, literasi bukan sekadar membaca dan menulis; literasi adalah jalan peradaban, gerakan sosial yang menumbuhkan pencerahan, empati, membuka wawasan, sekaligus mempererat kohesi sosial dan pemberdayaan masyarakat
Forum taman baca Cimahi hadir sebagai wadah kolaborasi dan silaturahmi antar pegiat literasi, pengelola taman baca, komunitas, hingga relawan. Dari lorong-lorong kampung hingga sudut taman kota, berjuang mendekatkan buku kepada masyarakat lewat berbagai program
Tak berlebihan jika kita menyebut forum taman baca Cimahi, sebagai “lentera peradaban” di Cimahi. Di balik setiap buku yang dipinjam, ada harapan agar lahir generasi yang kritis, berkarakter, dan peduli terhadap sesama. Dengan membaca, seseorang tidak hanya menemukan ilmu, tetapi juga menemukan dirinya sendiri.
Gerakan literasi dibutuhkan untuk memperkuat identitas Kota Cimahi sebagai kota cerdas dan berbudaya. Kita semua memiliki peran. Kita bisa mulai dengan mendukung taman baca di sekitar kita, menyumbangkan buku, menjadi relawan, atau sesederhana mengajak anak membaca bersama.
Seperti kata pepatah, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai ilmu dan peradaban.” Dan gerakan literasi adalah wujud penghargaan tertinggi terhadap keduanya.
Mari kita rawat jalan sunyi ini. Mari kita terus berjalan, meski perlahan. Karena itu tugas ini mulia, dan kelak akan menjadi amal jariyah yang tak terputus. Semoga !
Penulis : Dr. Eki Baihaki, M.Si
Pembina Forum Taman Baca Cimahi, dosen Pascasarjana UNPAS
Discussion about this post