Apresiasi ICMI orda Cimahi atas inisiasi kolaborasi dari Lurah Cipageran, Cimahi Utara, bapak Asep Herdiana, S.Hut.,M.M, yang telah menunjukkan komitmennya sebagai pionir gerakan peduli lingkungan, melalui kegiatan ”Sawala Cendekia” di tingkat kelurahan. Berlangsung hari Jumat, 20 Juni 2025 di Smart Library Garden Puri Cipageran. Diliput oleh TV Harmoni.
Berikut catatan dari Sawala Cendekia yang mengambil tema : “Gotong Royong Mewujudkan Cimahi Zero TPA”, dihadiri sekitar 50 orang, yang terdiri dari Lurah Cipageran beserta Jajaran, Ketua RW 24, Ketua RW 25, Ketua RW 27, Ketua LPM Cipageran, Ketua Kampung Siaga Bencana (KSB Cipageran), PKK Kelurahan Cipageran, Perwakilan Pemuda, Dosen dan Mahasiswa IKIP Siliwangi, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Cimahi, Pengurus Forum Puri Cipageran Indah (FPCI) dan perwakilan ICMI orda Cimahi.
Sawala yang berarti “rembug” atau musyawarah diharapkan menjadi media diskusi produktif antara pimpinan organisasi kewilayahan Kelurahan, RW, tokoh masyarakat, akademisi, pemuda dan mitra strategis terkait. Sawala yang diinisiasi bukan sekedar forum diskusi, tapi ruang untuk merumuskan aksi berdampak secara integratif dan kolaboratif untuk membangun Cimahi kota Peradaban.
Sawala akan terus digelar secara berkala sebagai bagian dari sistem koordinasi dan evaluasi program berbasis warga. Langkah ini menjadi cermin komitmen warga kelurahan Cipageran sebagai bagian dari wajah baru Cimahi Kota Peradaban, yang mengintegrasikan spiritualitas, pendidikan, dan kesadaran ekologis.
Mengapa Zero TPA Penting ?
Sampah bukan lagi sekadar persoalan kebersihan, tapi telah menjadi krisis ekologi, sosial, bahkan peradaban. TPA Sarimukti yang selama ini menjadi tumpuan, semakin sesak dan menyimpan risiko lingkungan besar. Solusinya bukan sekadar memperluas TPA, tetapi mengurangi ketergantungan hingga zero terhadap TPA itu sendiri.
Kota Cimahi sebagai kota otonom dengan luas terbatas dan kepadatan tinggi, tak bisa lagi bertumpu pada logika “angkut dan buang.” Zero TPA adalah kebijakan dan strategi peradaban baru—berbasis kesadaran, tanggung jawab, dan gotong royong.
Zero TPA bukan sekadar target capaian teknis, tapi bagian dari transformasi menuju kota beradab. Jalan menuju kota peradaban baru dan Kota yang tidak hanya bersih secara fisik, tetapi juga secara nilai: mengedepankan tanggung jawab, etika, dan spiritualitas ekologis.

Peradaban baru bermakna :
- Mindset baru: dari “Pilah – Buang” menjadi “Pilah – Olah – Manfaatkan”
- Gaya hidup baru: konsumsi bijak, minim sampah, dan kelola sampah.
- Sistem baru : Kelola sampah tuntaskan dari rumah, lingkungan kelurahan, kecamatan hingga kota.
- Spirit baru: mengelola sampah adalah wujud implementasi ibadah ekologis dan bela negara.
Apa Peran Kita?
Zero TPA hanya bisa terwujud bila ada peran aktif dari seluruh elemen:
- Pemerintah: menyediakan regulasi, fasilitasi program dan membri ruang partisipasi elemen pentahelix.
- Masyarakat : memilah sampah dari rumah, mengompos, mendukung kebijakan kelola sampah tuntas ditempat.
- Akademisi : menyebarkan pengetahuan ide inovatif dan praktik baik pengelolaan sampah.
- Media dan komunitas : menjadi contoh dan penggerak perubahan mindset dan prilaku
- Dunia usaha : minimalisir produksi sampah dan CSR
Jika Cimahi ingin benar-benar menjadi kota peradaban, maka pengelolaan sampah harus dimulai dari perubahan cara pikir, lalu diwujudkan dalam sistem yang terintegrasi dan partisipatif.
Menuju Cimahi Zero TPA adalah jalan menuju peradaban baru. Kota yang bersih lahir dan batin berawal dari masyarakat yang sadar, disiplin, dan mencintai lingkungan. Ini bukan hanya urusan pemerintah, tapi tugas bersama. Kalau hanya berfikir, solusi hanya tanggung jawab pemerintah, dipastikan akan gagal.
Mari mulai dari rumah kita. Pisahkan sampah organik dan anorganik. Gunakan komposter. Dukung kebijakan pemkot Cimahi Kelola ssampah tuntas. Ajarkan anak-anak pentingnya cinta lingkungan. Karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dan peradaban besar dimulai dari kesadaran diri.
Penulis : Dr. Eki Baihaki, M.Si
Dosen Pascasarjana UNPAS, penulis buku “Manajemen Pengeloaan Sampah Terpadu Tuntas di Tempat” dan “Komunikasi Efektif Pengolahan Sampah Tuntas di Tempat”, warga Cipageran