Penulis : Dr. Eki Baihaki, M.Si
Dosen Pascasarjana UNPAS, pengurus Forum Pembauran Kebangsaan Jawa Barat
RW 14 Kelurahan Baros kota Cimahi, menghadirkan potret harmoni yang menyejukkan. Menjadi RW percontohan “Kampung Cendekia”—sebuah inisiatif dari ICMI orda Cimahi yang mendapat dukungan banyak pihak. Untuk menjadikan kawasan RW tidak sekedar wilayah administrasi dan pemukiman semata, tapi diihtiarkan bersama menjadi pusat peradaban berbasis spiritual, pendidikan dan kearifan lokal.
RW 14 Baros, yang dipimpin oleh Bapak Johny GL Muaya, terus menorehkan teladan dalam merawat harmoni sosial di tengah keberagaman. Wilayah ini ditetapkan sebagai “Kampung percontohan kerukunan umat beragama dan pembauran kebangsaan”, yang secara aktif dipromosikan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Cimahi, didukung Bakesbangpol Kota Cimahi.
Program Kampung Cendekia digagas oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) orda Cimahi, namun dengan semangat terbuka, universal, inklusif, dan mengakar pada nilai-nilai Islam yang berkemajuan dan islam yang menjadi rahmat bagi semesta.

Uniknya, Ketua RW 14 Kelurahan Baros Bapak Johny GL Muaya, yang beragama Nasrani tidak hanya menyambut baik, tetapi juga mendukung penuh program kampung cendekia. Baginya, program yang membawa manfaat bagi warga dan lingkungan adalah bentuk kebaikan universal yang melampaui sekat agama. Pengurus RW 14 beserta warga yang hadir saat kunjungan Wakil Walikota Cimahi pada acara peringatan hari lingkungan hidup, akan mendukung penuh program kampung cendekia
Kampung Cendekia menjadi contoh nyata bahwa nilai universal islam yang rahmatan lil ‘alamin bukan sekadar slogan, tapi bisa diwujudkan dalam praktik kehidupan sosial yang menyatukan. toleransi bukan hanya wacana, tetapi napas dalam setiap kegiatan : dari kegiatan ibadah, kegiatan sosial kemanusiaan, edukasi lingkungan, hingga komitmen pengelolaan sampah tuntas di tempat.
Semangat gotong royong dan saling menghargai menjadikan Kampung Cendekia bukan hanya kampung tematik, tetapi juga kampung harapan—tempat di mana keberagaman menjadi kekuatan, bukan perbedaan yang memisahkan.
Di RW 14 Baros, nilai-nilai toleransi, gotong royong, dan saling menghargai telah menjadi budaya hidup. Meskipun warganya berasal dari latar belakang agama, etnis, dan suku yang berbeda, kehidupan bermasyarakat tetap berjalan harmonis dan inklusif.
Penetapan RW 14 Baros sebagai kampung percontohan bukan semata bentuk pengakuan, tetapi juga dorongan agar nilai-nilai ini menyebar lebih luas ke 312 RW di Kota Cimahi, Jawa Barat dan Indonesia. Bahwa hidup rukun dalam keberagaman agama, suku dan ras bukan hanya mungkin, tapi mutlak diperlukan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Semoga