Kampung Cendekia yang diinisiasi ICMI orda Cimahi dan mendapat dukungan untuk diimplementasikan dari Pemkot Cimahi di 312 Kecamatan di Kota Cimahi. Salah satu pilar utama programnya adalah adalah kawasan peradaban yang warganya peduli lingkungan diantaranya mau melakukan pengelolaan sampah dan kampung Proklim
Program Zero TPA (Zero to Landfill) yang digagas oleh Pemerintah Kota Cimahi perlu didukung kita semua, termasuk unsur cendekia. Kebijakan publik mengenai tata kelola sampah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Tata kelola melibatkan berbagai aspek, seperti pengurangan sampah di sumbernya, pemilahan sampah, daur ulang, serta pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
Kontribusi Cendekia dalam Program Zero TPA
Alhamdulilah sudah ada komitmen dari unsur perguruan tinggi melalui Kepala LLDIKTI 4 Jabar – Banten, untuk mendukung program “Cimahi Zero TPA” melalui riset kolaboratf, inovasi, dan edukasi masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi antara DLH Kota Cimahi dan perguruan tinggi yang akan terlibat akan menjadi solusi potensial dalam menangani permasalahan sampah secara holistik dan berkelanjutan melalui semangat gotong royong.
Tata Kelola Sampah Terpadu Tuntas di Tempat (MPS3T), yang telah dibukukan dan telah diimplentasikan secara terbatas di program Citarum Harum, merupakan sumbangsih konsepsional unsur akademisi dan telah diterima menjadi strategi dan kebijakan yang akan diterapkan di tingkat komunitas, khususnya di wilayah Rukun Warga (RW).
MPS3T merupakan sebuah konsep pengelolaan sampah yang mengupayakan penyelesaian sampah secara mandiri di tingkat sumber (rumah tangga dan lingkungan sekitar), dengan meminimalkan ketergantungan pada sistem pengangkutan dan pembuangan akhir. Keberhasilan TPST3 sangat bergantung pada partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk para cendekia dan professional yang ada di lingkungan RW.

Peran Cendekia
Kaum cendekia memiliki peran sebagai penggagas, fasilitator, dan pemicu transformasi sosial dalam pengelolaan sampah. Cendekia berkontribusi melalui berbagai cara, di antaranya: Pendidikan dan Literasi Lingkungan Cendekia, menyusun modul pendidikan lingkungan hidup, menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan kepada warga tentang pentingnya pemilahan dan pengurangan sampah dari sumber.
Partisipasi warga sebagai pelaku utama sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sampah terpadu. Termasuk peran strategis para pengurus RW di kampung cendekia, untuk membentuk struktur organisasi pengelolaan sampah, seperti tim bank sampah, tim kompos, dan koordinator pemilahan. Aturan lokal seperti kewajiban memilah sampah dari rumah, jadwal pengumpulan, dan sanksi sosial dapat diatur melalui kesepakatan warga.

Warga berperan aktif dengan memilah sampah menjadi organik, anorganik, B3 (beracun dan berbahaya), dan residu. Sampah organik dapat dijadikan kompos atau pakan ternak, sementara sampah anorganik disetorkan ke bank sampah atau mitra daur ulang.
Dengan pelibatan cendekia dan penguatan partisipasi warga, RW dapat menjadi simpul perubahan dalam pengelolaan sampah di kota Cimahi. Penerapan Tata Kelola Sampah Terpadu Tuntas di Tempat di tingkat RW tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga membangun karakter masyarakat yang mandiri, gotong royong, dan peduli lingkungan. Sinergi antara cendekia dan warga menjadi pondasi kuat untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.